Outing Class
Cagar Budaya, Ekonomi dan Agama
Lepas jam 7 pagi hari ini para pelajar Madrasah Aliyah Attaqwa Putra kelas 10 dan 11 bersama Dewan Guru melakukan study tour ke tiga lokasi berbeda.
Setu atau Situ Babakan yang pertama, berlokasi di daerah Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan.
Tarian Betawi dan kue cucur serta gemplong menyambut kedatangan kami, setelah Kepala Madrasah memberikan sambutan dan harapan agar orang Betawi tak lagi ketinggalan zaman, bahkan harus menguasai zaman.
Mpok Riri dan Bela memberikan kata sambutan atas nama Setu Babakan, menariknya tak lama lagi akan ada kampung pendidikan di Setu Babakan, dan nama yang dipilih adalah nama Maha Guru Mulia Allahuyarham KH Noer Alie, karena kepeduliannya pada perjuangan kemerdekaan dan pendidikan.
Setelah puas mendapatkan penjelasan dari Mpok Riri dan Bela berambut panjang tentang Cagar Budaya Setu Babakan, ratusan santri bergegas mengamati beragam benda peninggalan para orang tua zaman dahulu, diantaranya adalah golok super panjang dan besar
“Musium Bank Mandiri didaerah Asemka Kota Tua tak jauh dari Stasiun Kota atau Beos menjadi pilihan kedua.
Selepas sholat lohor berjamaah didalam komplek Mandiri, kamipun menikmati makan siang
Dilantai dua bekas kantin pada zaman kafir Belanda menjadi tempat selanjutnya, didampingi dan dipandu oleh alumni Attaqwa angkatan 2000, Firman namanya, kami menikmati dua buah film bersama sama dipandu olehnya.
Diantaranya tentang sejarah gedung mandiri.
Gedung ini adalah bekas peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1929. Gedung ini banyak menyimpan sejarah panjang ekonomi dan perbankan Indonesia. Salah satunya adalah tentang tanam paksa atau Rodi. Yang dicetuskan oleh Gubernur Jendral Vande Bosch, dimulai dari kosongnya kas negara Belanda akibat perang berkepanjangan, akhirnya dimulailah bencana tanam paksa, bagi putra putri pertiwi selama ratusan tahun.
Digedung ini juga ditampilkan beragam jenis celengan dari zaman dahulu kala, diantaranya dari batang pohon bambu dan beragam bentuk celengan dari tanah lihat.
Satu lagi hampir terlupa, saat kami makan bersama disalah satu ruang, tak jauh ada buku tua tebal dan besar berwarna merah. Didalam buku ini tersimpan rapih catatan keuangan pada masa itu. Sungguh betapa rapihnya Belanda mengarsipkan beragam catatan..
Sebelum dan sesudah sholat Ashar, kamipun mendapat jamuan istimewa dari tuan rumah, membuat kami ketagihan serasa dirumah sendiri untuk datang kembali suatu saat nanti.
Tujuan selanjutnya adalah Islamic Center Jakarta di daerah Kramat Tunggak Koja Jakarta Utara, kabarnya dulu tempat ini adalah tempat pelacuran terbesar di Asia Tenggara, setiap harinya ada 2000 pekerja seks dan ratusan mucikari.
Pada zaman Gubermur DKI Bang Yos tempat kutukan tersebut dirubah menjadi Islamic Center. Dimana Cahaya diatas cahaya terlihat dimana mana.
Sesat sebelum melaksanakan kewajiban sholat magrib berjamaah, lagi lagi Allah memberikan kejutan indah, dapat berjumpa dengan alumni Attaqwa 2015 Fauzan Ali anak Grampuri Cibitung yang berkantor disana, beliau alumni Assulamainiyah Turki dan sudah hapal 30 Juz Al Quran.
Hujan rintik rintik selepas magrib melepas kepergian kami di Masjid Luas Nan Megah ini kembali ke Pondok tercintah